New Normal Adalah Dunia Baru, Sesuatu yang Benar-Benar Baru

Photo by Sincerely Media on Unsplash

Sejumlah negara menggaungkan “The New Normal” di tengah pandemi Corona Covid-19 yang belum berakhir. Indonesia tak terkecuali. Apakah dunia benar-benar sudah normal? Tidak sama sekali. New Normal adalah dunia baru, sesuatu yang benar-benar baru. Dunia baru yang melahirkan ketidakpastian baru, tantangan baru.

Sore kemarin, saya mengunjungi gerai Ramayana di Cibitung, Bekasi. Di depan bangunan supermarket itu, saya sempat ragu untuk masuk. Saya berhenti sejenak untuk memastikan, apakah gerai Ramayana yang tidak pernah tutup di masa pandemi (kecuali Lebaran) ini sedang buka atau tutup.

Bacaan Lainnya

Soalnya, hanya terlihat seorang petugas sekuriti dan satu dua orang di depan teras Ramayana. Namun pintu depan terbuka, dan terlihat di dalamnya ada etalase yang memajang baju-baju. Akhirnya saya putuskan masuk.

Di tempat parkir hanya terlihat tiga baris motor yang berbaris jarang-jarang, tidak penuh seperti hari-hari biasanya. Memasuki bangunan supermarket, saya hanya melihat beberapa orang, tidak lebih dari sepuluh orang yang sedang memilih barang. Sepi benar-benar sepi. Orang-orang masih takut untuk pergi berbelanja. Wajar jika, Ramayana menutup banyak gerai dan PHK ratusan karyawan.

Padahal dalam beberapa tahun terakhir, Ramayana yang menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah digadang-gadang paling bisa bertahan saat industri ritel berguguran. Pengamat ritel selalu menyebut supermarket Ramayana serta minimarket seperti Indomaret dan Alfamart masih bisa tumbuh. Tapi badai Corona ternyata lebih dahsyat dampaknya.

New Normal pun sejatinya dilakukan saat pandemi ini belum berakhir. Data kasus positif Corona di Indonesia terus bertambah. Jumlah penambahan kasus per hari juga masih tinggi. Wajar jika para tenaga medis memandang sinis pemberlakukan New Normal. Di sisi berbeda, para pengusaha menaruh banyak harapan agar bisnis kembali bergeliat.

Artinya New Normal sebenarnya sesuatu yang dipaksakan untuk normal demi menjaga produktivitas dan menghidupkan kembali denyut perekonomian masyarakat. Memang tidak bisa dipungkiri, masyarakat sudah begitu menderita akibat hantaman Corona. Ekonomi sulit bergerak, tapi kebutuhan hidup sehari-hari tetap harus dipenuhi.

New Normal telah memberi peluang moda transportasi untuk kembali beroperasi. Tapi siapa yang mau bepergian kalau aturannya sangat ketat. Ambil contoh, naik pesawat atau kereta api harus mengantongi hasil rapid test bebas Corona. Apakah rapid test tersedia di semua Puskesmas dan Rumah Sakit? Tidak.

Teman saya, di Gorontalo kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan yang menyediakan rapid test untuk umum, meskipun dia rela bayar mahal. Rapid test hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah pernah berkontak dengan pasien positif Corona. Kalaupun menemukan klinik yang menyediakan rapid test, harganya selangit.

Jika bepergian saja sulit dan fasilitas pendukung aturan belum siap, bagaimana bisnis transportasi bisa berjalan? Inilah New Normal yang tidak normal. Dunia baru yang kembali melahirkan ketidakpastian.

Kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir dan situasinya kembali normal bukan New Normal yang ambigu. Selama vaksin Corona belum ditemukan, dunia masih akan diliputi ketidakpastian. Dunia yang benar-benar baru harus siap kita hadapi. Dunia baru dengan tantangan baru.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar